Breaking News

Minggu, 02 Juli 2017

Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Solo

Setiap tahun Keraton Kasunanan Hadiningrat atau Keraton Solo menggelar Grebeg Syawal. Grebeg Syawal dilaksanakan di hari kedua Lebaran dengan perhitungan kalender Jawa dan tidak mengacu kalender Masehi. Penyelenggaraan dilakukan di hari kedua Lebaran versi kalender Jawa, mengingat di hari pertama biasanya masyarakat masih sibuk bersilaturahmi dengan kerabat dan tetangga. Pada hari itu abdi dalem biasanya tidak  dapat sowan (menghadap) di hari pertama Lebaran, sehingga Grebeg Syawal digelar di hari kedua agar mereka dapat datang dan melaksanakan kegiatan di keraton. Pada tahun ini Grebeg Syawal diselenggarakan pada hari Selasa, 27 Juni 2017 sekitar pukul 11.00 WIB, acara ini digelar dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Prosesi Grebeg Syawal ditandai dengan kirab prajurit keraton, gunungan, prajurit panah, dan penabuh gamelan. Rute yang diambil dalam kirab ini adalah Sitinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara menuju Masjid Agung.

Dalam kirab ini terdapat dua gunungan yakni Gunungan Jaler (laki-laki) dan Gunungan Estri (perempuan). Gunungan ini sebagai simbol bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari menyatunya laki-laki dan perempuan. Diharapkan manusia selalu berbuat kebaikan dan ingat kepada Tuhan. 


Sebagai bentuk perwujudan ingat kepada sang pencipta alam semesta, gunungan dibuat dan dirangkai dari segala hasil bumi yang paling baik, sebagai ucapan syukur atas kemurahan sang pencipta dalam memberi kehidupan kepada  umat manusia.

Gunungan Jaler (laki-laki) terbuat dari bahan sayur mayur dan hasil bumi, seperti kacang panjang, cabai, terong, ubi-ubian dan telor asin. Gunungan Estri (perempuan) terbuat dari makanan ringan tradisional seperti bermacam-macam rengginan dan intip (kerak nasi yang sudah dijemur dan digoreng)

Gunungan juga memiliki makna sebagai kepedulian keraton kepada masyarakat karena hasil bumi yang dibagikan seluruhnya dapat dimakan. Kedua gunungan ukurannya sama, yakni diameter 1,25 meter dan tinggi 2 meter.

Sesampainya di Masjid Agung, abdi dalem utusan keraton menghadap penghulu masjid, agar gunungan Jaler (laki-laki) didoakan terlebih dahulu sebagai wujud syukur kepada sang pencipta atas berkah di bulan suci.

Sementara itu, di halaman Masjid Agung ratusan warga sudah menunggu aba-aba dari abdi dalem keraton untuk bisa mendapatkan bahan makanan dari gunungan. Namun, karena tidak sabar, warga langsung menyerbu gunungan Jaler (laki-laki).



Suasana meriah dan hiruk pikukpun hadir saat berebutan untuk mendapatkan sayuran yang terdapat dpada gunungan Jaler (laki-laki). Rona kebahagiaan terpancar dari wajah mereka yang berhasil mendapatkan sayuran dari gunungan Jaler (laki-laki).


Gunungan Estri (perempuan) diperebutkan warga di halaman Keraton. Suasananya tak jauh berbeda dengan halaman Masjid Agung. Masyarakat sudah menunggu untuk memperebutkan gunungan Estri (perempuan) yang terdiri dari bermacam-macam rengginan dan intip.




Kebahagianpun terpancar ketika berhasil mendapatkan rengginan dari gunungan Estri (perempuan), tidak hanya warga setempat yang ikut berebut, melainkan warga manca negara yang kebetulan berada di Solo juga ikut berebut untuk mendapatkan rengginan.






Dalam tradisi Jawa, mendapatkan bahan-bahan tersebut dalam grebeg Syawal diyakini membawa berkah dan memberikan ketenteraman di tengah keluarga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by BeGeEm